Tangsel (MKnews)- Dalam rangka Literasi dan Edukasi bagaimana mengelola keuangan yang baik untuk nasabah BRI maupun calon nasabah BRI. Bank BRI Regional Office Jakarta 3 menyelanggarakan acara Wealth Tea Time bertajuk “ CHIT CHAT CUAN” melalui Zoom dengan narasumber Ahmad Furkon (Regional Consumer Banking Head Regional Office Jakarta 3), Sriwijayanti (Bancassurance Regional Head BRI Life Jakarta 3) dan Edward Narodo. S (Asociate Director- Partnership Distribution Head PT Danareksa Investment Management) di Aula Regional Office Jakarta 3 BSD, Kamis (8/9).
Dalam pemaparannya, Ahmad Furkon menyampaikan terkait perencanaan keuangan secara matang sejak usia muda agar terhindar dari kesulitan ekonomi di usia tua. Menurut Ahmad Furkon, perencanaan keuangan itu merupakan proses mencapai tujuan hidup, dan setiap individi pasti berbeda-beda dalam merencanakan keuangannya. Perencanaan keuangan diperlukan karena seiring berjalannya waktu terdapat faktor yang mempengaruhi ekonomi tiap individu, di antaranya inflasi biaya hidup tiap tahunnya naik, pengeluaran akibat gaya hidup atau lifestyle meningkat, kemajuan teknologi menjadikan hidup lebih konsumtif dan adanya risiko kehidupan seperti penyakit dan kecelakaan. Dan faktor-faktor diatas dapat diatasi dengan perencanaan keuangan dengan baik dan benar.
Selanjutnya masih terdapat faktor lainnya yang mempengaruhinya seperti (1) Kondisi perkawinan, apakah kita sudah menikah atau belum; (2) kondisi pekerjaan kita, sudah tetap atau ternyata masih kontrak; (3) Usia yang semakin bertambah; (4) Kondisi keluarga, seperti jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan; (5) Tingkat Pendidikan, ini mempengaruhi jumlah penghasilan; (6) Kondisi Kesehatan, tentunya mempengaruhi biaya dan kelangsungan dari pendapatan kita kedepannnya; (7) dan bahkan kondisi perekonomian nasional, seperti mudah tidaknya kita dalam mencari pekerjaan serta penghasilan.

Dalam tahapan kehidupan, perbandingan pendapatan dengan pengeluaran itu berbeda. Saat kita masih menitih di awal karir kita, pendapatan tentu lebih tinggi dibandingkan dengan pengeluaran. Dan puncak Ketika sudah menikah, bisa dikatakan kita sudah memiliki karir yang lebih baik yang artinya pendapatan kita juga meningkat walau pengeluaran juga meningat, akan tetapi disini status pendapatan kita lebih tinggi dibandingkan pengeluaran. Nah menuju pensiun, tentu disini masalahnya karena kita sudah tidak memiliki pendapatan (Kalaupun ada tidak seperti saat masih berkarir) akan tetapi pengeluaran masih ada bahkan mungkin tidak berubah karena pada pasca pensiun mungkin kita masih ada (1) pinjaman / hutang; (2) masih membiayai Pendidikan anak; (3) Dana Darurat yang belum memadai; dan (4) Gaya hidup yang belum disesuaikan dengan kondisi pensiun. Jadi menurut saya perlu sekali untuk membuat perencanaan keuangan sedini mungkin bahkan saat ini juga.
Ahmad Furkon menyampaikan bahwa kita harus bisa mengalokasikan penghasilan kita ke berbagai pos pos sesuai dengan kriteria keuangan yang sehat menurut OJK. Pertama – tama yang harus kita alokasikan itu adalah untuk menabung sebesar 10% dari pendapatan kita, selanjutnya itu investasi sebesar 10% juga. Nah kenapa nih tabungan dan investasi harus kita sisihkan diawal? Karena jika kita mengalokasikan di akhir, akan habis dengan kebutuhan pokok kita. Selanjutnya 40% dialokasikan untuk kebutuhan pokok kita, 30% nya kita gunakan untuk cicilan pinjaman jika kita punya cicilan ya, 5% untuk hiburan dan ini penting karena tentu kita punya keinginan untuk membeli sesuatu atau butuh healing, dan yang terakhir tentunya kita jangan lupa 5% nya untuk sedekah / ibadah agar apa yang kita kerjakan tetap berkah.
Menurut Ahmad Furkon, Sekecil apapun penghasilan seseorang, wajib untuk tetap membuat perencanaan keuangan, sebab kekayaan tidak bisa diukur dengan besar kecilnya penghasilan, tapi investasi dan disiplin dalam mengelola keuanganlah yang akan membantu menjaga masa tua dari kebangkrutan.
Sementara itu Edward Narodo mengungkapkan, Perencanaan keuangan diperlukan untuk persiapan ketika pada waktu produktivitas sudah menurun, dana yang disisihkan untuk investasi dapat menopang kehidupan, khususnya di masa pensiun. Tahapan dalam investasi dimulai dari tujuan investasinya, lalu berlanjut ke evaluasi profil resiko untuk mengukur seberapa mampu kita Ketika berhadapan dengan risiko, tentukan jangka waktunya, dan tentukan asset atau reksa dana yang sesuai.
Evaluasi risiko ini diperlukan karena tidak ada yang Namanya zero risk tapi ada yang Namanya zero return. Investasi bertujuan untuk sejahtera (wealth) bukan untuk kaya (rich). Dalam berinvestasi jangka Panjang, semakin mendekat waktu untuk tujuan investasi, tingkat risiko harus diturunkan untuk menjaga pencapaian investasi selama ini lebih terlindungi dari risiko. Tidak ada produk investasi atau aset yang cocok untuk semua orang, kenali diri terlebih dahulu baru kenali aset yang ingin dibeli (diinvestasikan).
Untuk para pemula, pilihan instrumen investasi yang cocok adalah ke obligasi pemerintah seperti SR017 yang memiliki kupon 5,90% dan sedang dalam masa penawaran sampai 14 September 2022, dengan tingkat risiko yang rendah, atau bisa ke reksa dana pasar uang yang cenderung memiliki fluktuasi cukup rendah dan berinvestasi pada obligasi kurang dari 1 tahun dan deposito. Investasi saham memiliki risiko tinggi, oleh karenanya butuh waktu dan sebaiknya tidak menempatkan dana yang sifatnya jangka pendek pada instrumen saham.
Sedangkan Sriwijayanti menyampaikan bahwa untuk meningkatkan taraf hidup, kita harus berhadapan dengan persaingan yang tinggi, beban kerja yang besar, dan waktu yang tersedia. Menurut Sriwijayanti karir bisa meningkat namun Kesehatan menurun contohnya seperti daya tahan tubuh, meningkatnya tekanan darah, asam lambung, dll. Hal ini berkaitan pula dengan perencanaan keuangan dimana kita harus menyisihkan pendapatan kita untuk investasi salah satunya investasi pada diri kita. Inflasi juga mempengaruhi biaya Kesehatan, karena tiap tahun naik sebesar 15% inflasinya.
Hal ini yang kita harus siapkan dari sekarang dengan yang Namanya asuransi jiwa (life insurance) karena resiko kehidupan selalu mengintai seperti meninggal dunia terlalu cepat, sakit kritis, masuk rumah sakit, kecelakaan, dan bahkan hidup terlalu lama. BRI mempunyai produk asuransi jiwa yang manfaat nya sangat banyak sekali, Namanya AURORA (Asuransi Jiwa Optimal Sejahtera).
Menurut Sriwijayanti asuransi ini memberikan manfaat perlindungan apabila tertanggung meninggal dunia atau mengidap penyakit kritis dan memberikan manfaat pengembalian premi pada akhir masa asuransi. Aurora ini memiliki uang pertanggungan maksimal 5M dan bisa mengcover penyakit kritis seperti kanker, serangan jantung, stroke, gagal ginjal, dan hepatitis fulminant sebesar 50% dari uang pertanggungan sebesar 50% dan meninggal dunia 100%.
Masa asuransi Aurora ini selama 8 tahun dan cukup bayar premi selama 5 tahun saja. Apabila kita masih hidup sampai dengan akhir kontrak masa asuransi maka premi yang sudah kita bayarkan selama 5 tahun itu akan dikembalikan Kembali kepada nasabah sebanyak 110%. Jadi bisa dikatakan kita itu nabung plus diri kita juga terproteksi. Jadi produk Aurora ini sangat bagus bagi kita yang ingin diri kita terproteksi dan bisa mejadi tabungan kita dimasa depan dari premi yang kita bayarkan. (red).