Wonogiri (MKnews)-Frambusia (dalam Bahasa Jawa sering disebut patek/puru, sedangkan dalam Bahasa Inggris disebut yaws) adalah penyakit menular menahun yang kambuhan, yang terutama menyerang kulit, tulang dan tulang rawan, yang disebabkan oleh bakteri Treponema pertenue. Penyakit ini bisa menular melalui kontak langsung dengan ruam pada kulit yang terinfeksi.
Pada awalnya, frambusia hanya akan menyerang kulit. Namun, seiring berjalannya waktu, penyakit ini juga dapat menyerang tulang dan sendi. Penyakit ini dapat berkembang menjadi endemi di suatu wilayah. Oleh karena itu, pemeriksaan dan pengobatan sejak dini sangat diperlukan untuk mencegah perkembangan penyakit hingga tahap lanjut.
Berdasarkan Renstra Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2020-2024 disebutkan salah satunya adalah Eradikasi Frambusia dan Sertifikasi 514 Kabupaten/kota bebas frambusia tahun 2024. Eradikasi Frambusia merupakan upaya pembasmian yang dilakukan secara berkelanjutan untuk menghilangkan frambusia secara permanen sehingga tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat secara nasional.
Ditemui di kantornya, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan kabupaten Wonogiri, dr. Satyawati Prawirohardjo menyebutkan bahwa pihaknya tengah mempersiapkan dokumen dan menjalani assessment “Kabupaten Wonogiri menuju Eradiksi Frambusia”.
“Berdasarkan Renstra Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, maksimal tahun 2024, seluruh kabupaten/Kota di Indonesia harus sudah Eradikasi Frambusia. Saat ini kami sedang mempersiapkan dokumen-dokumen tersebut dan melaksanakan sosialisasi terkait Eradiksi Frambusia,” ujarnya Rabu (1/3/2023).
Dr. Satyawati mengatakan bahwa sejatinya semenjak dirinya bertugas di puskesmas pada tahun 2009, tidak pernah ada laporan terkait penyakit yang biasa menyerang masyarakat di lingkungan kumuh ini. Dirinya mengatakan perilaku hidup bersih dan sehat serta kelayakan sanitasi dan akses air bersih menjadi penentu apakah seseorang rentan terserang penyakit frambusia atau penyakit kulit sejenisnya.
“Makanya kami bersiap untuk eradikasi, karena memang sejauh ini sudah tidak ada laporan lagi terkait masyarakat Wonogiri yang terjangkit frambusia,” katanya.
Dikonfirmasi terkait proses assessment eradikasi frambusia yang dimaksud, dr. Satyawati menjelaskan ada empat strategi yang dilakukan pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri. Yang pertama adalah Advokasi dan Sosialisasi Eradikasi Frambusia, Promosi PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), Pengobatan Kasus Kontak Frambusia (apabila ada), dan Penguatan SDM dan sistem surveilans.
“Dari keempat strategi tersebut, kami berkoordinasi dengan seluruh puskesmas dan fayankes (fasilitas layanan kesehatan) di Kabupaten Wonogiri untuk melakukan sosialisasi terkait frambusia. Sasarannya adalah anak-anak di bawah 15 tahun, dan dirumuskan untuk sosialisasi dilakukan di kegiatan UKS (Unit Kesehatan Siswa) di sekolah dasar wilayah puskesmas masing-masing,” tuturnya.
Dr. Satyawati menyebutkan bahwa beberapa puskesmas telah melaksanakan sosialisasi ini. Salah satunya puskesmas yang telah melaporkan pelaksanaan sosialisasi frambusia adalah Puskesmas Selogiri. Sosialisasi dan skrining frambusia dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Bulu, Kecamatan Selogiri.
“Sudah dilaksanakan, dan sudah kami kumpulkan datanya. Semoga seluruh puskesmas yang lain segera mengikuti,” tandasnya.
Dr. Satyawati berharap penyakit frambusia ini benar-benar sudah musnah di wilayah Kabupaten Wonogiri dan proses assessment eradiksi frambusia dapat berjalan lancar sesuai rencana. (Diskominfo/red).