Wonogiri (MKnews)-Les menjadi salah satu alternatif kegiatan belajar bagi siswa-siswi yang ingin memperdalam ilmu pengetahuan yang di dapatkan di sekolah. Les biasanya dilakukan di luar jam sekolah dan berbayar. Lalu bagaimana jika les bisa dibayar dengan sampah?
Inovasi ini digagas oleh Bank Sampah Berseri (BSB) yang ada di Desa Krandengan Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri. BSB menyediakan fasilitas LEBAH, yakni les berbayar sampah bagi pelajar TK dan SD di Kecamatan Bulukerto. Siswa yang datang untuk belajar tidak perlu membawa uang untuk pembayaran, namun cukup membawa sampah rumah tangga yang kemudian dikumpulkan kepada pengelola BSB di lokasi Rumah Darling (Sadar Lingkungan) besutan BSB.
“Jadi Lebah, les berbayar sampah ini adalah fasilitas yang kami sediakan setiap hari di rumah darling, untuk anak-anak TK dan SD yang ingin belajar bersama. Anak-anak boleh membawa sampah apa saja, bahkan bila hanya membawa satu botol plastik bekas air mineral, kami terima sebagai sarana pembayaran les. Bawa sampah satu plastik besar juga pasti kami terima dengan senang hati. Sampah yang terkumpul nantinya dikelola oleh tim BSB untuk diolah atau didaur ulang sehingga memiliki nilai ekonomi lebih,” kata Riyanto, Ketua BSB.
Les yang diberikan adalah les mata pelajaran dengan tiga pelajaran unggulan, yakni bahasa Inggris, Bahasa Arab, dan Teknik Pengelolaan Sampah Mandiri bagi anak-anak. Pengajarnya adalah relawan yang bergabung dalam komunitas BSB yang juga guru di sekolah daerah setempat. Siswa yang terdaftar mengikuti Lebah BSIB sebanyak 225 anak.
Ditemui di Komplek Sekretariat Daerah Wonogiri usai Acara Rembug Sampah, Selasa (28/2/2023), Riyanto menuturkan bahwa pihaknya telah melakukan berbagai upaya dan inovasi untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat terkait pengelolaan sampah yang baik dan menghasilkan nilai ekonomi.
Beberapa inovasi yang berhasil diciptakan oleh BSB salah satunya adalah Rumah Sabun. Di Rumah sabun ini Riyanto dan rekan-rekannya mengelola limbah minyak jelantah (bekas minyak goreng) menjadi sabun cuci piring. Sabun ini sudah berhasil diasarkan sampai Ponorogo dan Surabaya.
Inovasi yang kedua adalah Garputala yaitu pengelolaan sampah plastik godongan. Sampah plastik godongan yang dimaksud adalah sampah bekas kemasan jajanan/kudapan/makanan ringan seperti Chiki, Wafer, bungkus permen, dan sebagainya.
“Inovasi yang ketiga adalah rumah darling itu sendiri. Rumah darling menjadi lokasi pusat kegiatan BSB. Di sini kami melakukan pengelolaan maggot, pupuk biopori, dan pupuk gazebo. Rumah darling juga menjadi lokasi les anak-anak dan lokasi pelayanan BSB apabila ada tamu yang datang berkunjung untuk mencari informasi terkait pengelolaan sampah terpadu kami,” tambahnya.
BSB juga bekerja sama dengan 24 Sekolah (TK, SD, SMP, dan SMA/SMK) di Kecamatan Bulukerto dalam upaya pengelolaan Bank Sampah Sampah Umum. Seluruh sampah yang dihasilkan oleh sekolahan tersebut diambil dan diangkut oleh tim BSB untuk selanjutnya diolah sesuai dengan jenisnya.
Baru baru ini, BSB juga meluncurkan program Gombalia lestari, yakni kegiatan untuk mengelola kain perca untuk menjadi berbagi produk yang memiliki nilai ekonomi seperti seperti topi, baju, celana, dan aneka produk lainnya yang bekerja sama dengan manajemen wisata Goa Resi, dan telah dipasarkan di Klaten, Ponorogo, dan Jakarta.
Berbagai ide dan inovasi yang diciptakan BSB bertujuan untuk mengurangi timbunan sampah dan mengajak masyarakat untuk mengelola dan mendaur ulang sampah sehingga memiliki nilai ekonomi.
Riyanto berharap apa yang sudah dilakukan BSB memiliki dampak bagi kelestarian lingkungan dan kelangsungan hidup manusia, khususnya masyarakat di wilayah Kecamatan Bulukerto. (***).